please,click this ads

Tolong di klik biar dapet pahala

Senin, 07 Juli 2014

10 teknologi nasional bangsa Indonesia tradisional

Di zaman dahulu, banyak sekali penemuan nenek moyang kita, yang sangat bisa dibilang tercanggih dan cukup membingungkan karena pada zamannya tidak ada alat pembuat seperti mikroskop,semen DLL
lansung aja gan. cekidot:

1. Borobudur
Bukti kecanggihan teknologi dan arsitektur

Borobudur adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan bangunan candi yang sangat megah.

Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit.

Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur juga mengadopsi Konsep Fraktal.

Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan.

Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar biasa.


2. Kapal Jung Jawa
Teknologi kapal raksasa

Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus, para penjelajah laut Nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran laut lepas.

Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di "Laut Selatan".

Pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit tahun 1645 menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar.

Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa," kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.

Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad ke-13.

Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser oleh Jung besar Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata "Jung" digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.

Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.

Disebutkan, jung Nusantara memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.

Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara ini disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.


3. Keris
Kecanggihan teknologi penempaan logam

Teknologi logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau.

Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit dengan materi-materi alam lainnya.

Keris yang mulanya dari lembaran besi yang dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangan teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga).

Pemilihan akan batu meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat.

Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat celcius, jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu derajat celcius.

Titanium ternyata memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.

Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.


4. Benteng Keraton Buton
Arsitektur bangunan untuk pertahanan

Di Buton, Sulawesi Tenggara ada Benteng yang dibangun di atas bukit seluas kurang lebih 20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur.

Benteng yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang keliling 2.740 meter. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga / kubu pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat disebut baluara.

Tiap pintu gerbang (lawa) dan baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri.

Letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya ahli bangunan nenek moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk pertahanan.


5. Si Gale gale
Teknologi Robot tradisional Nusantara

Orang Toba Batak Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot tradisional yang dikenal dengan sebutan si gale-gale. Boneka ini menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui tali yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan "tangannya" sebagai mana layaknya orang menari.

Menurut cerita, Seorang Raja dari Suku Karo di Samosir membuat patung dari kayu untuk mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang. Sigale - gale dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak.

Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia.

Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari.

Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan manusia.  


6. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten 
Kecanggihan Teknologi Penjernihan Air

Nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air bersih. Sekitar abad ke16-17 Kesultanan Banten telah membangun Bangunan penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi ke Keraton Surosowan.

Proses penjernihannya tergolong sudah maju. Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik Ardi disalurkan dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan Putih, Abang, dan Emas.

Di tiap pengindelan ini, air diproses dengan mengendapkan dan menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir ke Surosowan lewat serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat dengan diameter kurang lebih 40 cm.

Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai.

Danau Tasik Ardi sendiri merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu.

Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.


7. Karinding
Teknologi pengusir hama dengan gelombang suara

Ternyata nenek moyang dan leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup tradisional yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus pengusir hama.

Alat musik dari Sunda ini terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dipotong menjadi tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing), pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul).

Jika bagian panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas.

Alat ini bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan oleh karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.

Frekuensi suara yang dikeluarkan oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama tersebut, atau bisa dikatakan frekuensi suaranya melebihi dari rentang frekuensi suara hama tersebut, sehingga hama tersebut akan panik dan terganggu konsentrasinya.

Kecanggihan Karinding sebagai bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah mampu menciptakan alat yang menghasilkan gelombang suara. Ini adalah alat mengusir hama yang aman bagi lingkungan. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat musik seperti itu.


8. Rumah Gadang
Arsitektur Rumah Aman Gempa

Para nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran futuristik alias jauh maju melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi.

Rumah gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala richter.

Bentuk rumah gadang membuat Rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua bangunan.

Rumah gadang tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai sambungan membuat bangunan memiliki sifat sangat lentur.

Selain itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialas dengan batu sandi.

Batu ini berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersebut

Darmansyah, ahli konstruksi dari Lembaga Penanggulangan Bencana Alam, Sumatera Barat menyebutkan, dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada di dunia pada zamannya.


9. Tempe
Pemanfaatan bioteknologi untuk makanan

Tempe merupakan hasil bioteknologi sederhana khas Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan.

Sebenarnya mengolah kedelai dengan ragi juga dilakukan di negara lain seperti China, Jepang, India, dll. Tetapi yang menggunakan Rhizopus hanya di Indonesia saja. Jadi kemampuan membuat tempe kedelai adalah penemuan orang Indonesia.

Tempe sudah dikenal sejak berabad-abad lalu di Nusantara. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 telah ditemukan kata "tempe".

Kini, tempe sudah merambah manca negara, tidak saja karena rasa dan aromanya, namun juga karena kandungan gizinya. Penemuan tempe adalah sumbangan nenek moyang kita pada seni masak dunia.


10. Pranata Mangsa
Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang kita

Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran.

Dalam masyarakat Jawa dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.

Menurut Daldjoeni di bukunya "Penanggalan Pertanian Jawa Pranata Mangsa", Pranata Mangsa tergolong penemuan brilian. Kompleksitasnya tak kalah bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno, China, Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju.

Meskipun teknologi sudah semakin canggih seperti sekarang ini, penerapan perhitungan pranata mangsa masih relevan. Hal itu dikarenakan nenek moyang kita dulu mempelajari gejala-gejala alam seperti musim hujan/kemarau, musim tanaman berbunga/berbuah, posisi rasi bintang, pengaruh bulan purnama, dan sebagainya. Dengan mempelajari gejala-gejala alam tersebut nenek moyang kita dapat lebih menghargai kelestarian alam.

Sebenarnya masih banyak teknologi-teknologi yang digunakan nenek moyang kita yang tidak dituliskan disini.

Dari penemuan-penemuan itu sebenarnya sejak dulu bangsa Indonesia sudah mampu menguasai teknologi canggih di zamannya maka tidak pantaslah bila kita menyombongkan diri sebagai generasi sekarang bila kita tidak menghargai dan mengapresiasi leluhur kita.
  • Nenek moyang kita telah berhasil membangun candi-candi yang sangat indah arsitekturnya dan bertahan ratusan tahun.
  • Nenek moyang kita juga membangun armada laut yang telah mengarungi samudra luas.
  • Nenek moyang kita juga telah menemukan benda-benda yang tebilang sederhana tapi banyak manfaatnya.

Itu semua bukti bahwa nenek moyang kita sangat cerdas. Penjajahlah yang telah membuat kita lemah dan kurang percaya diri. Karena itu, setelah menjadi bangsa yang merdeka kita harus dapat bangkit kembali untuk mensejajarkan diri dengan bangsa lain yang telah maju. Setuju?
 Sumber :berbagai sumber serta bagasranggas.blogspot.com
Wikipedia.com
Dan sumber artefak lainnya

Sabtu, 05 Juli 2014

Golok sakti Banten

Bismilah"irohman'nirohim Golok/Pisau adalah alat yang sering digunakan sehari-hari  biyasanya golok dan pisau berfungsi sebagi alat kerja bagi Masyarakat, Namun Golok yang di kenang sejarah di daerah BANTEN golok terdiri dari berbagai macam ada golok khusus untuk pajangan, untuk beladiri untuk petani dan untuk kehidupan sehari-hari , namun golok khas atau golok cirihas yang sering terkenal adalah
golok ciomas
golok ciomas atau golok sidenok, yang pembuatan'nya menggunakan palu sidenok, menurut sejarah orang jaman dulu golok ciomas yang pembuatannya secara misterius atau secara adat, golok ini di buat dari bilah Sulangkar, bilah sulangkar dalam arti besi yang di campur dari berbagai besi tua dan berbagai ramuan - ramuan yang telah di olah oleh empu (orang yang membuat) bilah khusus Golok Ciomas, agar dalam bilah tersebuat  agar mudah disi HODAM dan Berubah warna dalam bilah tersebut, setelah proses pebuatan bilah maka Mulai di lakukan TEMPA oleh Palu sidenok, Palu si DENOK menurut pengetahuan jaman dulu palu ini berasal dari kerja"an SULTAN HASANUDIN BANTEN, Palu ini Khusus untuk Pembutan golok ciomas, biyasanya dalam golok ciomas, golok yang sudah siap pake atau golok yang sudah terisi HODAM mistik itu sudah 7 Mulud, 7 MULUD dalam arti sudah 7 tahun di Poles Oleh palu Si Denok, dan sudah di Bacakan Mantra Oleh Empu yang Biyasa Melakukan Mistik / Memasukan HODAM ke golok Ciomas, Golok Ciomas ini biyasa digunakan untuk jaga-jaga dari orang-orang jahat, dan tetapi jika golok ciomas ini di bacokan kepada seseorang biyasanya akan fatal atau cacat dan bisa kemungkinan akan meninggal, itu golok ciomas menurut SEJARAH KHAS BANTEN,
Golok Tebas
Golok tebas sering di kenal sebagai golok untuk kehidupan sehari-hari, biyasanya golok ini berbagai macam-macam bentuk menarik,Seperti Golok Full Tanduk, Maksud dari golok full tanduk, gagang dan sarung terbuat dari tanduk kerbau, gagang Kepala Macan, Gagang Wayang, Gagang Kepala Singa, Gagang SI Cepot, Gagang si Petruk bahkan gagang bebentuk pola apa saja bisa di buat baik dari tanduk kerbau bahakan dari kayu, Namun dalam Bilah golok tebas ini ketergantungan orang meminta dari bilah apa sajah, seperti dari PER JEEP, PER JEP WILLIS,PER MOBIL KONTENER, PER LOSBAK, dari KELAHER MOBIL, bahkan dari apa saja bisa dibuat, pembuatan BILAH ini di olah masih manual dan masih sitem TEMPA, sehingga hasil dalam bilah tersebuat sangat kuat dan tajam,,
Golok Sembelih Golok ini sering digunakan untuk menyembelih hewan kurban atau untuk menyembelih, kerbau, sapi, ayam, kmbing bahkan sebaginya, Golok sembelih ini sama seperti golok tebas, berbagai macam motif dan berbagai macam bentuk, 


  • GOLOK CIOMAS

  • Nama Golok Ciomas selama ini sudah dikenal secara luas. Tidak saja di lingkungan Banten, melainkan juga di seantero nusantara. Bahkan ke manca Negara banyak yang mengenal Golok Ciomas seperti halnya debus yang sudah identik dengan Banten.

    Popularitas Golok Ciomas smemang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari nama Banten. Sebab, kalau merujuk pada riwayat yang berkembang di masyarakat, menunjukkan bahwa munculnya Golok Ciomas ada pakuat pakaitna (keterkaitan) dengan perkembangan Banten itu sendiri.

    Golok adalah sejenis senjata yang banyak digunakan pada masa lalu, termasauk ketika melawan penjajah.Golok, di dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan sebagai benda sebangsa parang, atau sejenis pedang, yang berukuran pendek. Untuk benda semacam itu, di daerah Banten dikenal dua nama. Yakni golok dan bedog. Secara fisik keduanya sama dan sebangun. Namun, keduanya memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda.Bedog adalah peralatan yang penting dalam keperluan sehari-hari, terutama bagi mereka yang bekerja di kebun atau sawah. Memangkas pohon, menebang bambu, keperluan dapur, semuanya menggunakan bedog. Ada juga sejenis bedog yang bentuknya agak berbeda dengan bedog atau golok. Bagian ujungnya melengkung ke bawah. Biasa disebut congkrang. Fungsinya lebih banyak digunakan untuk menyabit rumput atau keperluan di kebun lainnya.Sedangkan golok, umumnya difungsikan sebagai senjata yang dipakai untuk membela diri atau untuk keperluan darurat saja. Golok tidak digunakan dalam menebang pohonatau keperluan di rumah.

    Di zaman perjuangan atau zaman penjajahan, golok banyak digunakan sebagai senjata untuk melawan penjajah. Para penbdekar-di daerah Banten dan sekitarnya juga dikenal sebagai jawara- biasanya memiliki senjata utama berupa golok. Dalam cerita dan komik-komik tentang pendekar, terungkap bahwa golok adalah bagian yang tidak terpisahkan. Mereka biasanya member nama khusus terhadap golok yang dimiliki para pendekar. Nama itu biasanya menunjukkan keistimewaannya.
  • Tanjung lesung, banten

    TANJUNG LESUNG, merupakan kawasan wisata pantai exclusive di daerah Pandeglang, Banten. Kawasan yang akan dikembangkan menjadi salah satu destinasi Kawasan Ekonomi Khusus di bidang wisata di Indonesia, dengan area seluas 1500 ha ini,  akan memberikan kenyamanan bagi Anda saat beraktiftas wisata disini.
    Anda akan merasakan privacy dan exclusive tanpa terganggu oleh pengunjung lokal ataupun pedagang saat beraktiftas di villa / hotel resort pantai.

    Di pantai ini anda akan merasakan suasna seperti di bali, indahnya pun sama, bahkan airnya sangat JERNIH!!!! ketika kesana anda akan dimanja oleh indahnya alam,suara desiran ombak dan jika anda ingin makan ada warung di pinggir jalan yang ditempuh dalam perjalanan sekitar 2 km . dengan ikan yang masih sangat segar. kelemahan di pantai ini hanya satu, JAUH!!!!! 

    Tanjung Lesung : "The Exotic Destination on The West Coast"





    Tanjung Lesung berjarak 180 km dari Jakarta (+/- perjalanan 5.5 jam), terletak di Pulau Jawa bagian barat, tepatya di kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten.
    Untuk menuju Tanjung Lesung, Anda bisa lewat jalur : Jakarta - Tol Merak (keluar Tol Serang Timur) - Pandeglang - Labuan - Panimbang - Tanjung Lesung.

    Atau opsinya adalah : melalui Cilegon - Anyer - Labuan - Panimbang - Tanjung Lesung


    Awas Lalai di Goa Lalay,banten

    Sekarang ini siapa yang ga tau Sawarna, desa di wilayah Banten, kecamatan Bayah. Desa Sawarna yang terpadu dan punya "sejuta" lokasi untuk dikunjungi, Pantai (pastinya), sungai, sawah, goa, olahraga ekstrem, sampe cerita mistis....you named it they have it. 
    Menurut Pak Ade (pemilik Homestay Widi tempat kita nginep) Wilayah Sawarna udah dilirik utk jadi potensi wisata sejak awal tahun 2000-an. Dengan pantai memanjang plus pasir putih, spot sunset dan sunrise, ditambah ombak besar, bukan cuma wisata lokal aja yang dateng, wisatawan asing pun banyak yang kagum2 sama wilayah ini.

    Perut Goa
    Karena banyaknya lokasi wisata, jadi gw memutuskan untuk membagi postingan berdasarkan lokasi (biar bahan postingan tetep tersedia untuk 2 bulan kedepan hahahah)

    First stop yaitu Goa Lalay. 
    Terletak di kaki Bukit Pasir Tangkil, untuk menuju kesini, kita kudu jalan kaki, berhubung kita pasukan santai yaaaaa sekitar 40 menit lah mencapai Goa ini. Dari arah penginapan jaraknya sekitar 2 KM ngelewatin rumah-rumah warga sampe ketemu sign "Goa Lalay" di kanan jalan. Setelah berbelok kekanan ini, kita akan ngeliat hamparan sawah ijo. Bener2 seger deh mata kalo liat pemandangan alam yang masih asri kaya gini. 

    Area Persawahan
    Sebelah kiri banyak petani yang lg bersawah, sebelah kanan beberapa anak kecil lagi main air plus ibu-ibu yang sedang nyuci pakaian dan mandi. Khusus yang ini ga mungkin gw abadikan kan yah, daripada gw diarak keliling desa dan dirajam sekampung, see it for yourself aja kalo kalian kesana.

    Pematang Sawah
    Setelah jalanan setapaknya habis, kita akan ketemu jembatan gantung, just info, di Sawarna banyak banget jembatan gantung dan menurut gw jembatan ini adalah yang paling layak dan terlihat kekar. Selepas jembatan ini, beberapa kuburan dan pohon bambu akan menyambut di kiri kita, pas nih lokasi buat mba Citra Prima untuk nyari2 mahluk Astral*apalaah inii???

    Jembatan Gantung
    Pemandangan Menuju Goa Lalay
    Ga jauh dari kuburan itu, ketemu deh saung kecil tempat untuk beli tiket dan penyewaan helm+senter (harga sewa Rp. 5000,-, kalo dibutuhkan). Karena kita udah prepare dengan senter masing2 dan "kepala batu", jadi ga perlu lah sewa helm, cukup bayar tiket masuk aja Rp 5000,-

    Akses Pintu Masuk (sekarang)
    Akses Pintu Masuk (Rusak)
    Agak deg2an juga pas ngeliat pintu masuk Goa yang mini size dan setengah terendam air. Sebenernya dulu ada akses lain utnuk masuk ke Goa ini, lewat tangga-tangga kayu di sisi kanan Goa. Tapi kayanya udah ga difungsikan krn udah keropos. Pas mau masuk juga diingatkan untuk hati-hati jalannya better ga usah pake sendal biar ga berat jalannya, karena sepanjang Goa akan dialirin sama sungai kecil yang kedalamannya bervariasi dari sebetis sampe sepaha dengan dasar berlumpur dan sedikit berbatu. Buat yang sering latah jorok, jaga mulutnya juga, namanya masuk ke tempat-tempat begini kan ga bisa sembarangan, salah2 kesurupan loh. Itulah kenapa jangan sampe LALAI berpijak dan berucap di Goa Lalay.

    Goa Lalay
    Begitu masuk kedalam, 10 meter pertama kita masih bisa liat cahaya dari luar masuk lewat pintu masuk, selepas itu, Goanya gelap, sunyi banget yang kedengeran cuma suara langkah kita di air, tetesan air dan riak air yang tabrakan sama dinding Goa yang nimbulin suara2 aneh...hahahah parno sendiri disini. Banyak stalaktit dan stalakmit di dinding Goa Karst ini. Kabarnya dulu di Goa ini dihuni sama ratusan kelelawar dan ular2 sebagai predator si kelelawar itu. Untungnya sekarang udah ga dihuni sama kelelawar, walaupun menurut cerita, katanya Goa ini masih dihuni sama ular besar...pai su chen...bukan deng. 

    Sungai Bawah Tanah
    Perjalanan didalam perut Goa yang berkelok2 (first time for me) cukup seru, semua rasa campur aduk, antara kagum, parno sama mahluk halus + takut ketemu ular2 itu. Ga semua lokasi Goa bisa kita jelajahi, sekitar 400 meter, kita ketemu tempat seperti kubah, airnya pun agak dangkal, disini perjalanan harus berakhir, sementara kalo kita mau lanjut lebih dalam lagi, ada undakan batu alami menuju lubang kecil diatas. Untuk explore lebih dalam harus ditemani sama pemandu yang ahli.

    Keluar dari Goa Lalay
    Buat yang pengen wisata agak beda, boleh lah coba Goa Lalay ini, bisa rasain tuh betapa kecilnya manusia dibanding ciptaan-Nya. 

    Adventure is Out There
    Sekedar tips nih, kalo masuk ke Goa ini lebih baik jangan terlalu ramai (misalnya gabung sama rombongan lain) mendingan diberi jeda waktu, atau kalo mungkin tunggu mereka keluar baru kita masuk. Supaya lebih "merinding" waktu caving di Goa Lalay, tetep hati2 dan jaga mulut yaa. Pecicilannya di tahan sebentar ;)

    Pantai JOGAN , pantai tersembunyi di daerah Jogja

    PANTAI JOGAN
    Peraduan Eksotik Air Terjun dan Laut di Selatan Yogyakarta

    Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
    Air terjun di bibir laut adalah sesuatu yang langka di Indonesia, bahkan dunia. Tersembunyi di balik perbukitan karst, Gunungkidul di selatan Yogyakarta ternyata menyimpan air terjun yang jatuh langsung ke bibir laut. Sebuah pesona yang sulit ditolak.
    Senja ikut menyambut ketika YogYES tiba di Pantai Jogan. Diapit tebing-tebing tinggi khas pegunungan kapur, Pantai Jogan bak peraduan, tempat air sungai turun gunung menemui ombak yang pulang melaut. Dari puluhan pantai yang berserak di sepanjang 71 kilometer pesisir Gunungkidul, Pantai Jogan menempati posisi istimewa karena keberadaan air terjun yang langsung jatuh dari atas tebing ke bibir laut, mengingatkan pada McWay Beach Waterfall di California. Selama ini, tak banyak pelancong yang tahu tentang Pantai Jogan. Lokasinya yang persis berada di sebelah barat Pantai Siung sering terlupa oleh para pemanjat yang dipacu semangat memeluk moleknya tebing Siung.

    Foto (8)
    Untuk mencapai Pantai Jogan, perlu waktu sekitar dua jam berkendara dari Jogja. Menyusuri jalanan aspal mulus, berkelok-kelok membelah perbukitan karst yang merupakan sisa lautan jutaan tahun silam. Bila kita sampai di Pos Retribusi Pantai Siung, artinya Pantai Jogan sudah dekat, karena sekitar 400 meter dari pos tersebut, akan terlihat papan kayu penunjuk arah menuju Jogan. Menggantikan aspal mulus, jalan setapak menjadi pemandu selanjutnya, mengantar Anda dengan didampingi dua sungai kecil di sisi kiri yang nantinya akan menyatu lalu menjelma menjadi air terjun. Sayang sekali, keelokannya hanya bisa disaksikan saat musim penghujan, sementara di musim kemarau debit air sangat kecil ditambah dengan aktivitas penyedotan airnya demi keperluan warga.
    Untuk bisa menikmati guyuran air dari atas tebing, kita harus turun ke bawah. Ada dua cara untuk turun, pertama dengan tehnik canyoning alias rappeling di air terjun. Tentu diperlukan peralatan dan kemampuan mumpuni untuk melakukannya. Kedua, menapaki turunan licin yang basah. Untunglah tersedia kayu-kayu pegangan sebagai penopang tubuh. Meski begitu, kehati-hatian adalah hal wajib karena jalur yang curam. Setelah batuan curam nan licin, tersisa satu lagi tantangan, kita masih harus melewati karang yang dihuni oleh ribuan bayi kepiting berwarna transparan berukuran sekitar 5 mm. Ini memang bukan koloni kepiting merah penghuni Christmas Island (yang dekat Jawa Barat tapi dimiliki Australia), namun melewatinya dengan kaki telanjang tentu bukan perkara sederhana. Penduduk sekitar biasa mengambil bayi kepiting ini untuk dimasak, menjadi teman makan nasi hangat di kala musim hujan. Bila beruntung, pengunjung juga bisa menyaksikan ratusan kupu-kupu bergerombol di bebatuan kering.
    Nah, sampailah Anda. Berlatar ungunya langit senja, menatap lepas ke Samudera Hindia, menyaksikan Poseidon melempar gulungan ombak yang seolah siap melahap, sementara di balik punggung, suara air terjun memekakkan telinga, pertanda derasnya air yang jatuh. Tak perlu merasa ngeri, nikmatilah keramahan percikan air saat kaki-kaki air menjamah kerasnya batuan karang. Menyambut sopan sebelum Anda menyibak tirai air, memasuki peraduan grojogan. Diguyur segarnya air tawar dari sungai-sungai rahasia perbukitan karst membuat kita merasa seolah kegersangan Gunungkidul hanyalah mitos. Karena sebenarnya daerah ini punya banyak sekali sumber air, yang sayangnya tersembunyi di perut bumi.
    Pantai Jogan adalah pemberi kesegaran, laksana oase di luasnya hamparan pantai pasir putih Gunungkidul. Juga seperti garnishes di piring yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Pantai yang tepat bagi Anda yang ingin merasakan sensasi berbeda dari surga pesisir selatan Jogja.

    Pantai Indrayanti

    PANTAI INDRAYANTI
    Pantai Bersih dengan Restoran Cafe

    Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
    Selain menawarkan pesona pantai berpasir putih dengan air laut yang jernih, Indrayanti juga menawarkan sensasi dinner romantis bertabur bintang di restauran yang terletak di tepi pantai.
    Matahari belum tinggi saat Tim tiba di Pantai Indrayanti. Dua ekor siput laut bergerak pelan di sebuah ceruk karang, tak peduli dengan ombak yang menghempas. Segerombol remaja asyik bercengkerama sambil sesekali bergaya untuk diambil gambarnya. Di sebelah barat nampak 3 orang sedang berlarian mengejar ombak, sebagian lainnya bersantai di tengah gazebo sembari menikmati segarnya kelapa muda yang dihidangkan langsung bersama buahnya. Beberapa penginapan yang dikonsep back to nature berdiri dengan gagah di bawah bukit, sedangkan rumah panggung dan gubug yang menyerupai honai (rumah adat Papua) berdiri di dekat pantai. Jet ski kuning teronggok di sudut restoran.

    Foto (9)
    Terletak di sebelah timur Pantai Sundak, pantai yang dibatasi bukit karang ini merupakan salah satu pantai yang menyajikan pemandangan berbeda dibandingkan pantai-pantai lain yang ada di Gunungkidul. Tidak hanya berhiaskan pasir putih, bukit karang, dan air biru jernih yang seolah memanggil-manggil wisatawan untuk menceburkan diri ke dalamnya, Pantai Indrayanti juga dilengkapi restoran dan cafe serta deretan penginapan yang akan memanjakan wisatawan. Beragam menu mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng bisa di pesan di restoran yang menghadap ke pantai ini. Pada malam hari, gazebo-gazebo yang ada di bibir pantai akan terlihat cantik karena diterangi kerlip sinar lampu. Menikmati makan malam di cafe ini ditemani desau angin dan alunan debur ombak akan menjadi pengalaman romantis yang tak terlupa.
    Penyebutan nama Pantai Indrayanti sebelumnya menuai banyak kontraversi. Indrayanti bukanlah nama pantai, melainkan nama pemilik cafe dan restoran. Berhubung nama Indrayanti yang terpampang di papan nama cafe dan restoran pantai, akhirnya masyarakat menyebut pantai ini dengan nama Pantai Indrayanti. Sedangkan pemerintah menamai pantai ini dengan nama Pantai Pulang Syawal. Namun nama Indrayanti jauh lebih populer dan lebih sering disebut daripada Pulang Syawal. Keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Pantai Indrayanti rupanya turut membawa dampak positif. Berbeda dengan pantai-pantai lain yang agak kotor, sepanjang garis pantai Indrayanti terlihat bersih dan bebas dari sampah. Hal ini dikarenakan pengelola tak segan-segan menjatuhkan denda untuk tiap sampah yang dibuang oleh wisatawan secara sembarangan. Karena itu Indrayanti menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi.
    Usai menikmati sepiring nasi goreng dan es kelapa muda di gazebo, YogYES beranjak menuju bukit di sisi timur. Berhubung tidak ada jalan, menerobos semak dan perdu sembari memanjat karang pun menjadi pilihan. Sesampainya di atas bukit pemandangan laut yang bebatasan dengan Samudra Hindia terhampar. Beberapa burung terbang sambil membawa ilalang untuk membangun sarang. Suara debur ombak dan desau angin berpadu menciptakan orkestra yang indah dan menenangkan. YogYES pun melayangkan pandangan ke arah barat. Beberapa pantai yang dipisahkan oleh bukit-bukit terlihat berjajar, gazebo dan rumah panggung terlihat kecil, sedangkan orang-orang laksana liliput. Saat senja menjelang, tempat ini akan menjadi spot yang bagus untuk menyaksikan mentari yang kembali ke peraduannya. Sayang YogYES harus bergegas pulang. Meski tidak sempat menyaksikan senja yang indah, pesona Pantai Indrayanti telah terpatri di hati.





    sumber : Yogyes.comyogyes dengan peubahan secukupnya